Dalam satu kesempatan, penulis sempat menangkap pembicaraan dua orang ibu yang berkata, “Cah saiki karo cah ndek biyen ki bedho, ngidap-ngidapke tenan (anak sekarang dengan anak yang dulu itu beda, menjengkelkan sekali –kurang lebih maksudnya seperti itu- :) ). Penulis juga tidak tahu pasti, bagaimana sebetulnya anak jaman dulu itu, kecuali hanya mengetahuinya lewat pelajaran sejarah saja :).
Tetapi jika kita coba melihat lebih jauh lagi, bagaimana sikap dan perilaku anak jaman sekarang memang sangat memprihatinkan. Entah ini bisa mewakili anak jaman sekarang atau tidak, tetapi seringkali penulis tak sengaja mendapati akan kurangnya anak yang menghormati pada kedua orang tua mereka. Misalnya, sopan santun dalam berbicara kepada kedua orang tua.
Ini dia yang membuat saya pribadi ngelus dada. Ketika ada anak yang baru lulus SMA tahun kemarin berkata kepada ayahnya, menggunakan sapaan “kowe” –berarti kamu- ketika menyapa. Tentu dalam konteks bahasa Jawa, kata sapaan tersebut tidak pantas diucapkan kepada yang lebih tua, apalagi itu orang tua yang telah melahirkannya.
Ketika penulis menegurnya, ia malah beralasan, katanya sungkan bila mengubah gaya bicaranya karena sudah jadi kebiasaan.
Lain cerita lagi ketika ada seorang anak SMP yang baru duduk kelas 8 meminta dibelikan sepeda motor. Meskipun kedua orang tuanya bekerja sebagai kuli serabutan, namun karena sang anak memaksa, akhirnya mereka membelikan juga walaupun dengan kredit. Setelah dibelikan, sang ayah berpesan kepada sang anak, untuk tidak memodifikasi motor yang telah dibeli dengan susah payah itu. Tetapi apa yang terjadi, baru juga diwanti-wanti, e... malah si anak tersebut justru melakukan yang dilarang oleh ayahnya.
Ini hanya sebagian contoh saja. Di luar itu, masih banyak cerita lain yang tak kalah ngidap-ngidapke tenan :). Yah, memang dua contoh diatas usianya masih relatif belia. Namun, bukan lantas karena belia ini dimaklumi. Karena mendidik anak tidak mungkin dimulai ketika mereka sudah besar, bukan?
Jelas, sikap mereka yang demikian tidak mungkin disenangi oleh para orang tua, siapapun dia. Semua orang tua pastilah akan senang jika dihormati. Mereka akan bangga jika mempunyai anak yang berbakti kepada mereka. Lain halnya dengan sikap diatas, tentu akan membuat susah mereka.
Dari Ali Karramallaahu wajhah, ia berkata : Rasulullah Saw telah bersabda, “Barangsiapa yang membuat susah kedua orang tuanya maka sungguh ia telah durhaka kepadanya.” [Ibnul Khotib]
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw berbaiat untuk berhijrah, sedang ia meninggalkan kedua orang tuanya dalam keadaan menangis. Maka Nabi Saw bersabda, “Kembalilah kepada keduanya, dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana kamu telah membuat keduanya menangis. [HR Bukhari dalam Adabul Mufrad hal 27]
Sedang Allah juga berfirman, “..dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS Al Israa’ 23]
Maka, saudaraku... mari, kita bersama menghormati kedua orang tua kita. Jangan harap, kita akan dihormati oleh anak-anak kita, sedang kita sendiri tidak menghormati kedua orang tua kita.
Dari Ibnu ‘Umar RA ia berkata : Berbaktilah kepada ibu bapakmu maka anak-anakmu akan berbakti kepadamu. Jagalah kehormatan dirimu maka istri-istrimu pun akan menjaga kehormatan dirinya.” [HR Thabrani dengan isnad yang hasan]
Semoga bermanfaat.
*Referensi dari brosur kajian Ahad Pagi, 2 September 2001 “Halal Haram dalam Islam ke-50” dan brosur kajian Ahad Pagi, 23 September 2001 “Halal Haram dalam Islam ke 51”