.::. Assalamu'alaikum yaa akhii, yaa ukhtii... Syukron atas kunjungannya...::. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali Imran 102)" .::. "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." QS Shaaff 10-11) .::. "Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (Qs Al Baqarah 212) .::.

Kamis, 16 Juli 2009

Berawal Dari Banyak Ujian, Hidayah Itu Datang


Lihatlah sosoknya kini. Wajahnya begitu segar, terlihat. Tubuhnya begitu bugar, berdiri tegap menatap ke depan, arah lensa kamera. Peresmian MTA di Pekanbaru (8/4) menjadi saksi bisu dalam foto itu. Nyaris orang tak kan tahu, ia pernah menderita penyakit yang hampir merenggut nyawanya.

Hampir lima tahun lamanya ia berjuang dalam kondisi yang memprihatinkan. Berat tubuhnya turun drastis ketika penyakit itu tengah menggerogoti raganya. Keluar masuk rumah sakit, pernah menjadi rutinitas kesehariannya kala itu. Bahkan hampir semua rumah sakit di Solo, pernah disinggahi oleh bapak berputra satu ini. Ia pun pasrah akan segala kemungkinan yang terjadi, termasuk ketika Allah harus mengambil nyawanya.
Akhir tahun 1991, adalah Rudi Herfianto, divonis oleh dokter mengidap penyakit Hydro Pnemo Thorax atau yang biasa dikenal dengan paru-paru basah. Awalnya dokter salah mendeteksi penyakitnya. Beberapa hari dirawat di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa ia hanya menderita penyakit Typhus.“Waktu itu habis KKN (Kuliah Kerja Nyata-red), saya sakit dan langsung dirawat di rumah sakit. Kata dokter, hanya tifus. Setelah 10 hari dirawat, penyakit saya tidak kunjung sembuh. Akhirnya saya terpaksa pulang ke rumah, karena ibu saya berpikir kondisi saya tetap sama.” ujarnya.
Beberapa bulan kemudian, kondisi kesehatannya tetap tidak menunjukkan peningkatan. Bahkan malah lebih parah, sampai ia tidak bisa berjalan kemana-mana. Oleh sang ibu, akhirnya dibawalah ia ke balai paru-paru untuk diperiksa. Dokter spesialis paru-paru akhirnya menemukan penyakit apa yang sebetulnya telah diderita oleh pria kelahiran 8 Juni 1967ini.

Setelah dipastikan menderita penyakit paru-paru basah, ia pun harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta selama 3 bulan. Alhamdulillah meskipun harus berobat jalan, ia akhirnya diperbolehkan pulang kembali ke rumah.“Saya sebetulnya waktu itu sudah sehat, tapi karena saya mengabaikan untuk menjaga kesehatan saya, akhirnya penyakit saya kambuh lagi. Lagi-lagi saya harus masuk rumah sakit. Begitu juga seterusnya, saya harus keluar masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan.” ungkapnya.

Minimnya Ekonomi Keluarga

Tidak dapat dipungkiri, berkali-kali harus dirawat di rumah sakit, membuat kondisi ekonomi keluarga menurun. Sampai akhirnya, keluarganya tidak mampu lagi untuk membayar biaya selama perawatan di rumah sakit. Beruntung sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial bersedia menanggung semua biaya pengobatannya.“Yayasan itu mau membiayai seratus persen gratis. Hanya saja harus ada syaratnya. Keluarga saya harus mencari surat keterangan tidak mampu.” Jelas pria yang saat ini menjadi programmer radio MTA FM ini.

Ia akhirnya ditangani khusus oleh tim dokter spesialis paru-paru nasional. Salah satu dokter bahkan ada yang berasal dari luar negeri. Ia bersyukur mendapat penanganan khusus, di samping ada 7 pasien penyakit paru-paru lainnya yang memerlukan penanganan khusus seperti halnya dirinya. Sampai suatu ketika, tim dokter merundingkan siapa saja yang harus menjalani operasi. Setelah diputuskan, 2 orang dari 8 pasien itu tidak lolos untuk dilakukan operasi.“Salah satunya adalah saya. Kalau saya dioperasi, justru malah membahayakan nyawa saya, karena kondisi saya waktu itu drop sekali.” lanjutnya mengisahkan.

Hati Tergerak Untuk Sholat


Meski terlahir dari keluarga islam, rupanya tak sepenuhnya kewajiban untuk menunaikan sholat lima waktu dilaksanakan oleh sosok yang terjun di dunia broadcasting sejak tahun 2001 ini. Bisa dikatakan islam yang dianut dulunya hanyalah sebatas pada status di KTP saja, demikian halnya dengan keluarganya. Sholat hanya ditunaikan pada waktu tertentu, semisal menunaikan sholat di hari raya islam.“Kalau tidak, paling hanya ikut sholat jum’at saja.” katanya menambahkan.

Entah karena apa, tiba-tiba hatinya tergerak untuk belajar lebih dalam lagi tentang sholat.“Saat itu ada banyak pedagang buku-buku agama yang jualan di rumah sakit. Saya tiba-tiba saja ingin beli buku yang memuat hadits-hadits tentang tuntunan sholat. Dari situlah, akhirnya hati saya terbuka untuk istiqomah menunaikan sholat lima waktu.” tukasnya.

Di tengah hantaman cobaan itu, ia mencoba untuk tetap bertahan sembari menata diri untuk berbuat lebih baik lagi. Sejak saat itu, ia selalu rutin menunaikan sholat lima waktu yang sebelumnya amat jarang ia kerjakan. Ia pun berusaha mempelajari islam lebih dalam lagi.

Allah Mengijinkannya Sembuh


Setelah menjalani perawatan intensif selama tiga tahun, alhamdulillah pada tahun 1996 ia bisa sembuh dari penyakit paru-paru basah yang dideritanya. Dokter yang menanganinya menyatakan bahwa ia sudah kembali sehat. Ia pun kembali pada rutinitas seperti biasa, mencoba kembali meniti karir menjadi seorang penari yang pernah digelutinya sejak ia masih di bangku SMA dulu.

Kuliahnya di Akademi Seni Karawitan Indonesia (Sekarang : Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI)-red) yang sempat dimasuki pada tahun 1987, terpaksa tidak dilanjutkan kembali.“Sebetulnya ibu saya menyuruh saya untuk melanjutkan kuliah lagi, setelah saya sembuh. Tapi karena saya berpikir, tidak ada gunanya, akhirnya saya tidak melanjutkan lagi. Kasihan juga orang tua saya, yang sudah habis uang banyak untuk mengobati saya. Toh saya malu juga kalau seumuran saya harus ikut kuliah lagi.” ungkapnya sembari tersenyum lebar.

Meski hanya bermodal lulusan SMA, rupanya tak menyurutkan pengisi suara tokoh Janto di radio MTA FM ini untuk tetap berkarya. Di samping menjadi penari, ia juga menjadi penyiar sekaligus pernah bergabung di sebuah band.

Ujian Allah Datang Ketika Dipertemukan Dengannya


Pada tahun 1997, ia bertemu dengan seorang perempuan. Perempuan itu bernama Maria Deni Ndari Susanti. Dari namanya, nampak jelas bahwa sosok perempuan itu bukan beragama islam. Namun kala itu hatinya tetap keukeuh untuk mempertahankan agamanya meski ia menaruh hati dengannya.“Saya berprinsip, kalau dia tidak ikut agama islam, ya lebih baik tidak saja. Insya Allah iman saya sudah kuat. Tidak mungkin kalau saya menikah dengan agama yang tidak sama-sama islam.” ujarnya.

Alhamdulillah, sosok perempuan itu mengimani agama Allah. Ia diam-diam menjadi muallaf tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.“Saya senang sekali ketika saya tahu, bahwa dia itu saat pertama kali masuk islam, langsung rutin menunaikan sholat fardlu. Dan itu bukan lantaran karena saya.” Jelas pria berpostur tinggi 176 cm ini.
Sampai suatu ketika, kebiasan aneh Maria Deni setiap kali ke belakang (berwudlu-red) “dicium” juga oleh ibunya. Ada gelagat tak suka muncul di raut ibunya ketika ia mengetahui putrinya telah masuk islam. Reaksi berbeda justru diperlihatkan oleh ayahnya. Rupanya ayahnya tidak terlalu mempersoalkan perpindahan agama putrinya itu. Hingga akhirnya pada tahun 1999, mereka pun menikah.

Tak Henti Allah Memberi Ujian itu


Rupanya ujian masih saja membututinya. Empat tahun menanti si buah hati, tak jua diberi oleh-Nya. Ia pun pasrah atas segala kehendak-Nya. Alhamdulillah ujian kesabarannya dijawab oleh Allah di tahun 2004, lahirlah Billal Svaradi, putra pertamanya.

Tahun 2006, Allah memberi ujian itu lagi. Motor yang dikendarainya bertabrakan dengan sebuah mobil pick up. Beruntung tak ada luka serius yang bisa merenggut nyawanya. Hanya saja, wajahnya rusak parah. Bahkan ia harus menerima nasib ketika wajahnya tak lagi sama dengan yang dulu. Dari musibah itu, ia akhirnya memutuskan untuk tidak menjadi penari lagi.“Wajah saya kan sudah beda, tidak seperti dulu. Jadi ya saya harus keluar.” terangnya.

Kala itu terbesit di benaknya, untuk mencari channel radio dakwah yang bisa membuatnya lebih baik lagi.“Saya berpikir, kalau saya berada di radio dakwah, saya akan lebih selamat ketimbang saya berada di radio yang bukan radio dakwah.” ujarnya.
Sampai suatu ketika, ia melamar di sebuah radio islam di Solo. Namun karena umurnya tidak masuk kualifikasi, ia tidak lolos seleksi. Beruntung salah satu dari teknisi di radio islam tersebut menawarinya untuk menjadi programmer di sebuah radio dakwah milik Majlis Tafsir Al-qur’an (MTA).

Sesuatu hal yang dicari olehnya, didapatkannya kini. Sesuatu hal yang bisa memberi petunjuk menuju jalan yang diridloi Allah. Melalui kajian Majlis Tafsir Al-qur’an (MTA) yang berdasarkan Al-qur’an dan Assunnah benar-benar membuatnya bersyukur.“Intinya saya jatuh cinta ketika saya berkesempatan untuk bisa mengikuti kajian ini. Jika orang sedang jatuh cinta, maka orang akan selalu mempertahankan apa yang dicintainya itu tidak pernah pergi darinya.” Ujarnya mengakhiri obrolan itu.
Perjalanannya yang panjang, berliku-liku dan sarat akan ujian, terhadiahi sudah dengan kesempatan yang diberikan Allah untuknya. Ia kini ditempatkan di satu lingkungan yang dipenuhi saudara-saudara seiman yang insya Allah bersama-sama berjuang menegakkan agama Allah. Tentu ujian akan selalu datang bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya, namun ujian itu tidak akan menyurutkan cinta seorang hamba kepada Sang Khaliq.(isn)

8 komentar:

  1. penari yang tak lagi menari...

    BalasHapus
  2. hehehe... dengerin hikmahnya mr herfian ya? Hm... kl tahu byk hal about mr.Janto, ceritanya lebih seru nun unik lagi... :)

    BalasHapus
  3. SubhanaLLOH,
    Akhi sungguh beruntung.karena ALLOH begitu sayang pada akhi.Lewat ujian yg diberikan pada akhi,akhirnya membawa akhi pada hidayah. ^_^

    BalasHapus
  4. ohhh... injih, pak. Sy yg mendengar sekaligus menulis kisahnya jadi terharu dan berkaca2... :)

    BalasHapus
  5. Subhanallah Walhamdulillah
    sy pribadi iri dg anugrah ini.
    Istiqomah sahabatku.
    Osh...

    BalasHapus
  6. Pgn ad ssorg yg membimbingku,tp ga ad yg peduli..

    BalasHapus
  7. Assalamu'alaikum wrwb,saya juga mengalami ujian dari Allah utk menanti buah hati sampai 10 th,akhirnya Allah memberikan juga buah hati. Ceritanya cukup inspiratif,buat mas Her semoga sukses selalu.Wassalamu'alaikumwrwb.

    BalasHapus