Jumat, 22 Januari 2010
Salah Kaprahnya Insan Dunia Memaknai Cinta
Berbicara soal cinta, pasti sangat erat kaitannya dengan dua insan dari turunan Adam dan Hawa tengah dihantam oleh perasaan yang menggelora. Tidak heran, para pujangga cinta terjebak dalam kungkungan panah asmara. Ada di antara mereka menjadikannya sebagai cinta sejati, cinta untuk pertama dan terakhir kalinya, hingga sosoknya seolah tak bisa tergantikan oleh siapapun dan sampai kapanpun. Wow, sangat ironis bukan?
Atas nama cinta, tak sedikit para pujangga cinta rela mengorbankan dirinya untuk sang pujaan hati, bahkan sampai yang dilarang agama pun rela dilakukan. Tidak hanya itu, ketika yang dicinta telah tiada, ia bahkan rela bila harus mengakhiri hidup demi sang kekasih.
Yah, inilah fakta dari salah kaprahnya insan dunia memaknai cinta. Pacaran diartikan sebagai proses peleburan dari makna cinta. Tentu saja sebelum menapak ke taraf ‘jadian’ (pacaran) diawali dengan sebuah pendekatan. Mulanya mungkin hanya sekedar menebar pesona lewat sms, chatting, facebook, twitter dan lain sebagainya. Rupanya pepatah Jawa “witing tresno jalaran soko kulino” justru menjadikan dua insan turunan Adam dan Hawa itu semakin dihinggapi “virus merah jambu”.
Singkat cerita, cinta itupun diungkapkan dan dibalas suka cita oleh yang bersangkutan. Mereka pun telah ‘jadian’. Setelah ‘jadian’, berhentikah sebuah hubungan itu? Rasanya, ada yang kurang jika sebuah ungkapan perasaan itu hanya dilabuhkan pada taraf ‘jadian’ saja. Perlu dicatat, syaitan paling lihai menghasut manusia. Sudah sejak kali pertama perasaan cinta itu datang, syaitan sudah membelenggu manusia dalam tipu dayanya. Tentu saja, setelah ‘jadian’, syaitan akan kian membisiki manusia untuk melakukan yang lebih dari itu.
Dan first date pun dijadwalkan di malam Minggu. Dipilihlah tempat sepi di sebuah taman di pinggiran kota. Berhentikah sampai di sini? Jelas, tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Duduk berdekatan, tangan pun mulai beraksi. Digenggam erat tangan halus si pujaan hati. Perlu diketahui, ini hanya untuk kencan pertama, belum kencan kedua, ketiga atau bahkan kesekian kalinya. Bisa dipastikan, syaitan tidak akan mungkin membiarkan mereka melakukan itu-itu saja, melainkan lebih dan lebih. Inikah makna cinta itu bagi mereka, para pujangga cinta?
Bagaimana Islam Memandangnya?
Mencintai seseorang yang berbeda jenis itulah seyogyanya manusia. Sudah sewajarnya manusia yang berbeda jenis tertarik satu dengan yang lain. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita…” (QS Ali Imran 14)
Dalam QS An-Najm 45 Allah juga menjelaskan, “Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.”
Sebaliknya, Allah justru melarang manusia yang tidak merasakan cinta pada seseorang yang lawan jenis dan mengalihkan perasaan cinta itu pada kaum sejenis. Bahkan, dalam QS An-Naml 55 Allah menanyai mereka yang mencintai sejenis, “Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)."
Dan Allah pun melaknat mereka sebagaimana dijelaskan pada ayat 58, “Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu.”
Lalu, apa salahnya bila insan dunia mencintai seseorang yang dicintainya? Umumnya, perasaan cinta ditorehkan dalam sebuah ikatan hubungan yang bertentangan dengan syariat Islam. Menjalin hubungan dalam hal ini pacaran, sebagai tahap penjajagan hubungan sebelum menapak ke gerbang pernikahan.
Jelaslah, pacaran dalam Islam tidak dituntunkan. Dalam Al-Qur’an saja Allah memerintahkan kepada laki-laki dan wanita yang beriman untuk menahan pandangannya (lihat QS An-Nuur 30-31). Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah syaitan.” (HR Abu Dawud)
Lalu, bagaimana bisa menggenggam tangan si pujaan hati sedang Rasulullah Saw bersabda, “Sungguh ditusuknya kepala salah seorang diantara kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR Thabrani)
Pacaran, meski belum sampai melakukan zina, adalah merupakan bentuk hubungan yang tidak halal yang bisa mendekatkan pada zina. Sedang Allah melarang para hamba-Nya mendekati zina.
”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Israa’ 32)
Mendekati zina saja sudah dilarang, apalagi sampai melakukan zina. Nau’udzubillah min dzalik. Lalu, apa yang harus kita lakukan sebagai seorang Muslim dan Muslimah dalam hal memaknai cinta?
Memilihnya karena Mencintai-Nya
Inilah sebuah kalimat yang Insya Allah akan menyelamatkan kita dari ancaman pergaulan yang menjerumuskan kita ke jurang neraka. Coba pahami kalimat berikut, ”Saya memilihnya karena saya mencintai-Nya.”
Pengungkapan kata ’memilih’ di sini dimaksudkan untuk menghindarkan kita dari jebakan salah kaprahnya memaknai cinta, karena sejatinya cinta hanyalah untuk-Nya semata. Kata ’memilih’ juga dimaksudkan untuk tidak melulu beralasan lantaran ada rasa cinta atau tidak cinta kepada seseorang ketika hendak membina mahligai rumah tangga. Dan dia kita pilih karena kita mencintai-Nya. Karena mencintai-Nya lah kita akan memilih pasangan hidup yang akan mendekatkan kita pada-Nya, bukan malah menjauhkan kita dari-Nya.
Penggalan kalimat ’saya memilihnya’ menunjukkan bahwa pengungkapan kalimat ini tidak semena-mena diungkapkan begitu saja. Kalimat ini dipilih karena untuk mengungkapkannya perlu seorang perantara. Lalu, ketika kita sudah berada dalam koridor yang dihalalkan, saat itu kita bisa mengungkapkannya dalam sebuah kalimat berikut ini, "Saya mencintaimu karena Allah."
Pengungkapan kata 'mencintaimu', karena kalimat ini sudah boleh diungkapkan secara langsung kepadanya. Dan kata 'cinta' disini hanya sebatas rasa kasih sayang yang tidak melebihi kadar kecintaan kita kepada-Nya. Kalimat ini diungkapkan semata-mata hanya mengharap Ridha dari-Nya.
Bukankah pengungkapan cinta yang demikian, itulah cinta yang indah? Cinta diungkapkan melalui jalan yang dihalalkan oleh-Nya, yakni pernikahan. Dan itu kita lakukan tak lain karena kita mencintai-Nya, cinta sebenar-benar cinta.
Lalu, bagaimana jika seseorang belum siap melewati gerbang pengungkapan cinta yang dihalalkan ini? Rasulullah Saw bersabda, "Wahai pemuda-pemuda, barang siapa yang mampu di antara kamu, hendaknya ia menikah karena sesungguhnya pernikahan itu akan menjaga kamu dari yang tidak halal dan barang siapa yang tidak mampu menikah hendaklah ia berpuasa, puasa itu menjadi benteng". (HR Muslim)
Rasulullah Saw juga bersabda, “Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan pada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Bagaimanapun menjaga dari sesuatu yang akan menyebabkan kita terjungkal ke neraka adalah hal yang harus kita lakukan. Jangan sampai gelora cinta menduakan Dia dengan si dia. Dia-lah tujuan kita hidup di dunia ini. Dia tidak akan pernah pergi meninggalkan kita sampai kapanpun. Sedang dia, apa dia akan selalu ada dalam kehidupan kita? (ntz)
*Sebuah inspirasi dari UNIC, Atas Nama Cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar