Saudaraku... bagaimana jika kita kehilangan salah satu bagian dari raga kita? Apa yang kita rasa, saat kita kehilangan dua kaki kita, tangan, mata, dan bagian raga yang lain?
Kita yang dulu berjalan tegap penuh percaya diri, sigap melangkah, kini takkan bisa kita lakukan lagi. Kita yang tadinya bisa melihat warna-warni dari dunia, kini hanya kegelapan yang bisa kita tangkap oleh dua mata kita. Kita yang dulunya bisa menyantap makanan dengan tangan kita, kini mulut kitalah yang langsung kita gunakan untuk makan.
Seperti halnya seorang ibu yang kehilangan kaki kanannya. Seorang laki-laki muda yang belum genap berusia 20 tahun yang kehilangan dua kakinya. Seorang pria berusia 30-an tahun yang kehilangan satu matanya. Seorang ibu muda yang juga kehilangan dua matanya. Karena... sebuah kecelakaan!
Coba bayangkan saudaraku! Andaikan kita yang menjadi mereka. Akankah kita tabah menghadapi musibah seperti ini? Atau... justru kita malah semakin frustasi menatap masa depan kita?
Tetapi tidak saudaraku. Sejatinya ini bukan musibah seperti yang kita bayangkan. Ini justru merupakan hadiah yang diberikan oleh-Nya sebagai bentuk kasih sayang-Nya Yang Maha Besar.
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah mencintai pada suatu kaum, maka Allah memberi cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa bershabar, dia mendapatkan (pahala) keshabaran itu. Dan barangsiapa berkeluh kesah, ia mendapatkan keluh kesah itu”. [HR. Ahmad]
Sedang Allah berfirman, "Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena keshabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya," [QS. Al-Furqaan : 75]
Kita mungkin tak bisa berjalan seperti dulu lagi. Kita mungkin tak bisa melihat seperti dulu lagi. Tetapi, bukankah dunia hanya sementara? Allah hanya menguji kita untuk waktu yang tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan waktu yang ada di akhirat kelak.
Dan alangkah beruntungnya mereka yang senantiasa menetapi kesabaran dalam menerima segala ujian dari-Nya. Dan bersyukurlah, jika sampai detik ini, kita masih dianugrahi bagian raga yang utuh nun sempurna oleh-Nya. Syukurilah akan nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya kepada kita. Mensyukuri dengan memanfaatkan waktu ini pada jalan yang diridhai-Nya.
*Didedikasikan untuk mereka, yang hanya saya tahu lewat cerita... Seorang ibu di Gunung Kidul beserta menantunya yang juga menjadi korban, seorang ibu di Solo, dan seorang ikhwan di Pacitan dan di RS Kustati, semoga Allah memberi kesabaran untuk mereka...
Minggu, 21 November 2010
Selasa, 09 November 2010
Jangan Sepelekan Sesuatu yang (Kita Nyana) "Kecil"
Satu ketika seseorang berkata yang kurang lebihnya adalah seperti ini,"Satu orang asal berkualitas itu lebih baik ketimbang banyak orang tapi tidak berkualitas."
Kawan, marilah kita kaji lebih mendalam lagi dengan hati yang legowo. Saya mengibaratkan satu orang dengan satu lidi. Lidi tersebut memang bagus dari segi tampilan, panjang pula dan tanpa ada --kalau dari kota asal saya sih dikenal dengan istilah ini (tapi, apa iya ya, kata ini dari kota asal saya? :D)-- krekepen (ini kalau bahasa Indonesianya apaan ya? Ya pokoknya mulus dah, maaf kalau keliru :D). Tetapi, jika ini hanya satu lidi, mampukah ia digunakan untuk menyapu?
Jelas, tidak bisa bukan? Mending pakai tangan, ketimbang pakai lidi yang hanya satu itu. Nah, itulah ibaratnya.
Bagaimanapun, satu orang meskipun katanya berkualitas tinggi sekalipun, takkan mampu melaluinya sendiri. Maka, jangan sepelekan mereka yang katanya tidak berkualitas itu.
Pernah beberapa kali, saya mengajak orang untuk berdiskusi untuk bahasan tertentu. Awalnya saya hampir menyangsikannya, karena memang bahasan yang didiskusikan berbeda dengan bidang yang ditekuninya.
Tetapi apa yang saya petik dari ini, kawan? Saya justru mendapat ide yang tidak biasa darinya, dari seseorang yang hampir saya berpikir, kemungkinan besar ia tidak bisa memberi kontribusi besar dalam diskusi ini (yah, kasarnya sih hanya sebatas formalitas ikut-ikutan saja).
Maka, jangan menyepelekan pada sesuatu yang mulanya kita anggap enteng, remeh, kecil dsb. Bahkan, seorang cleaning servise pun, jika ia tidak ada, akan menghambat kerja kita juga. Lantai, kaca, dsb yang belum bersih, membuat semangat kerja kita akan luntur juga. Demikian pula dengan sosok-sosok lainnya yang kita berpikir, kurang memberi kontribusi besar.
Karena semua mempunyai tugas masing-masing yang kesemua itu sangat menentukan dalam mencapai satu tujuan yang sama. Lidi yang banyak (meski ada bagian yang krekepen sekalipun) akan mampu membuang sampah-sampah yang bertebaran. Sementara satu lidi yang super kualitas tinggi tersebut, mampukah ia?
Ingatlah, kita semua sama di hadapan-Nya, kaya atau miskin, tampan atau cantik, berkelas atau yang tinggal kelas atau bahkan tidak dapat kelas. Karena Allah berfirman, "...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu..." [QS Al Hujuraat 13]
Hargailah kerja keras mereka meskipun mereka hanya menghasilkan sesuatu yang mulanya kita anggap enteng, remeh, kecil nun mungil itu. Allah SWT saja menghargai amal kebaikan hamba-Nya meski hanya seberat zarrah. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." [QS Al Zalzalah 7]
Bagaimana dengan kita, pantaskah kita menyepelekan mereka, sementara Allah menghargai amal kebaikan hamba-Nya meski hanya seberat zarrah? Sedang Allah berfirman, "...Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri," [QS.Al Hadiid 23]
Dan jika kita memang mendapati kekurangan mereka dalam menyelesaikan tugas tertentu, maka sudah menjadi kewajiban kita membimbing mereka agar lebih baik lagi. Bukan malah mencerca, tanpa memberikan solusi dan bimbingan.
Semoga bermanfaat. :)
*Tulisan ini sengaja dibuat merakyat, karena kita memang rakyat :)
Kawan, marilah kita kaji lebih mendalam lagi dengan hati yang legowo. Saya mengibaratkan satu orang dengan satu lidi. Lidi tersebut memang bagus dari segi tampilan, panjang pula dan tanpa ada --kalau dari kota asal saya sih dikenal dengan istilah ini (tapi, apa iya ya, kata ini dari kota asal saya? :D)-- krekepen (ini kalau bahasa Indonesianya apaan ya? Ya pokoknya mulus dah, maaf kalau keliru :D). Tetapi, jika ini hanya satu lidi, mampukah ia digunakan untuk menyapu?
Jelas, tidak bisa bukan? Mending pakai tangan, ketimbang pakai lidi yang hanya satu itu. Nah, itulah ibaratnya.
Bagaimanapun, satu orang meskipun katanya berkualitas tinggi sekalipun, takkan mampu melaluinya sendiri. Maka, jangan sepelekan mereka yang katanya tidak berkualitas itu.
Pernah beberapa kali, saya mengajak orang untuk berdiskusi untuk bahasan tertentu. Awalnya saya hampir menyangsikannya, karena memang bahasan yang didiskusikan berbeda dengan bidang yang ditekuninya.
Tetapi apa yang saya petik dari ini, kawan? Saya justru mendapat ide yang tidak biasa darinya, dari seseorang yang hampir saya berpikir, kemungkinan besar ia tidak bisa memberi kontribusi besar dalam diskusi ini (yah, kasarnya sih hanya sebatas formalitas ikut-ikutan saja).
Maka, jangan menyepelekan pada sesuatu yang mulanya kita anggap enteng, remeh, kecil dsb. Bahkan, seorang cleaning servise pun, jika ia tidak ada, akan menghambat kerja kita juga. Lantai, kaca, dsb yang belum bersih, membuat semangat kerja kita akan luntur juga. Demikian pula dengan sosok-sosok lainnya yang kita berpikir, kurang memberi kontribusi besar.
Karena semua mempunyai tugas masing-masing yang kesemua itu sangat menentukan dalam mencapai satu tujuan yang sama. Lidi yang banyak (meski ada bagian yang krekepen sekalipun) akan mampu membuang sampah-sampah yang bertebaran. Sementara satu lidi yang super kualitas tinggi tersebut, mampukah ia?
Ingatlah, kita semua sama di hadapan-Nya, kaya atau miskin, tampan atau cantik, berkelas atau yang tinggal kelas atau bahkan tidak dapat kelas. Karena Allah berfirman, "...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu..." [QS Al Hujuraat 13]
Hargailah kerja keras mereka meskipun mereka hanya menghasilkan sesuatu yang mulanya kita anggap enteng, remeh, kecil nun mungil itu. Allah SWT saja menghargai amal kebaikan hamba-Nya meski hanya seberat zarrah. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." [QS Al Zalzalah 7]
Bagaimana dengan kita, pantaskah kita menyepelekan mereka, sementara Allah menghargai amal kebaikan hamba-Nya meski hanya seberat zarrah? Sedang Allah berfirman, "...Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri," [QS.Al Hadiid 23]
Dan jika kita memang mendapati kekurangan mereka dalam menyelesaikan tugas tertentu, maka sudah menjadi kewajiban kita membimbing mereka agar lebih baik lagi. Bukan malah mencerca, tanpa memberikan solusi dan bimbingan.
Semoga bermanfaat. :)
*Tulisan ini sengaja dibuat merakyat, karena kita memang rakyat :)
Langganan:
Postingan (Atom)