.::. Assalamu'alaikum yaa akhii, yaa ukhtii... Syukron atas kunjungannya...::. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali Imran 102)" .::. "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." QS Shaaff 10-11) .::. "Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (Qs Al Baqarah 212) .::.

Senin, 15 Agustus 2011

Bahagia di Tengah Keterbatasan

Siapa bilang, hidup mewah dikelilingi harta yang melimpah dengan karir yang wah itulah kebahagiaan? Hei… tidakkah kita tahu bahwa itu bukanlah jaminan dari sebuah kebahagiaan?

Jika kita tahu hakekat syukur, hidup sederhana dengan harta yang pas-pasan pun bisa memberi kebahagiaan. Rasa syukur inilah yang membuat ketenteraman di hati. Meski tak dilimpahi harta yang banyak, tetapi ia merasa cukup.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." [QS. Ibrahim [14] : 7]

Bertambahnya nikmat tak harus bertambah dalam hal jumlah, tetapi perasaan tenteram di hati dan selalu merasa cukup berapapun banyaknya ini juga menunjukkan keberkahan dari segala nikmat yang diberi oleh-Nya. Harta yang melimpah tak menjamin seseorang merasa cukup, bahkan justru malah sebaliknya, selalu merasa kurang dan kurang.

Inilah berkah jika kita senantiasa bersyukur dan tak segan untuk menafkahkan sebagian harta kita di jalan Allah. Meski sedikit, tapi kita tetap mengambil sebagiannya untuk berzakat dan berinfaq karena keyakinan yang kuat akan balasan-Nya kelak di akhirat nanti. Betapa menguntungkannya jika kita melakukan perniagaan dengan Allah. Perniagaan yang akan tetap diberikan nilai oleh Allah berapapun kecilnya.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” [QS. Al Baqarah [2] : 261]

Sayangnya, banyak diantara manusia justru terlena dengan nikmat semu duniawi. Begitu tergila-gilanya manusia dengan gelimang harta. Segala cara pun ditempuh, tak peduli apakah itu halal atau haram. Mulai dari korupsi, pencurian, penjambretan hingga mendatangi dukunpun dilakukan agar hartanya tak berkurang. Bahkan ada pula yang sampai hati tega membunuh orang untuk melancarkan aksi merampok uang.

Padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu. Ia hanyalah kesenangan sementara. Satu saat nanti, entah kapan, ia akan kita tinggalkan juga. Dan saat itu, bukan harta yang melimpah yang akan menyelamatkan kita. Bukan kekuasaan atau jabatan yang akan menolong kita. Bukan pula karena kita keturunan para petinggi negara, ulama dan para orang terhormat lainnya. Tetapi adalah amal kita.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” [QS. Al-An’aam [6] : 32]

Kehidupan di dunia ini tak lain hanyalah main-main dan sendau gurau belaka. Lucu bukan jika banyak orang yang terlalu menomor wakhid-kan urusan duniawi, seolah-olah tidak ada kehidupan setelah mereka mati nanti? Ketika duniawi tak dapat atau sulit direngkuh, mereka menjadi putus asa. Karena tak kuat menanggung problema duniawi yang tengah menghimpitnya, mereka pun mengambil jalan pintas dengan jalan bunuh diri. Na’udzubillahi min dzalik.

Andaikan mereka tahu, hakekat hidup di dunia ini. Di dunia ini adalah ladang untuk mencari bekal hidup di akhirat kelak. Sebagaimana firman-Nya,“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” [QS Assyuura [42] : 20]

Kebahagiaan di akhirat kelak itulah kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan yang tak akan musnah oleh apapun. Kebahagiaan yang akan kekal selamanya.

Apalah artinya harta yang melimpah tetapi justru akan melalaikan kita dari urusan ukhrowi. Harta yang melimpah justru menjadikan kita amat kikir, enggan menafkahkan hartanya di jalan Allah. Malahan harta itu justru dihabiskan untuk berfoya-foya menikmati dunia bahkan untuk bermaksiat ria.

Saat diberi kemudahan dalam urusan duniawi, ia malah sombong lagi membanggakan diri. Seolah-olah segala nikmat yang diberi oleh Allah ini adalah karena kemampuannya yang hebat mencari harta duniawi.

Inilah yang dikhawatirkan oleh beliau Rasulullah Saw saat manusia terlena dengan keindahan dunia dan seisinya. Bahkan Rasulullah Saw amat khawatir bila kita ditimpa cobaan kesenangan ketimbang cobaan penderitaan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku lebih khawatir terhadap cobaan kesenangan yang menimpa kalian daripada cobaan penderitaan. Sesungguhnya kalian telah dicobai dengan cobaan penderitaan, maka kalian bisa bersabar. Dan sesungguhnya dunia itu manis lagi menarik”. [HR. Abu Ya’la dan Al- Bazzar]

Maka bersyukurlah atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah, berapapun itu. Janganlah kita terpedaya dengan segala pesona keindahan duniawi, karena itu adalah kesenangan yang menipu. Dan bersabarlah akan datangnya pertolongan Allah, karena Allah selalu beserta orang-orang yang bersabar. [ntz]

2 komentar:

  1. p: walah mabah mbok leren neng omah, wis sepuh barang kok.
    mbah2 yang punya anak kaya yang tetap kerja : ben i so sedekah le...

    BalasHapus
  2. tapi mbahe walaupun wes tuo jek tetep smile ki loh bro :D

    BalasHapus